Sunday, 21 June 2015

Kajian Artikel Ilmiah IMK -Complementing Teks Entry Evaluations with a Composition Task

Complementing Teks Entry Evaluations with a Composition Task

KEITH VERTANEN, Montana Tech
PER OLA KRISTENSSON, University of St Andrews

URl : http://dl.acm.org/citation.cfm?doid=2592268.2555691
A common methodology for evaluating teks entry methods is to ask participants to transcribe a predefined set of memorable sentences or phrases. In this article, we explore if we can complement the conventional transcription task with a more externally valid composition task. In a series of large-scale crowdsourced experiments, we found that participants could consistently and rapidly invent high quality and creative compositions with only modest reductions in entry rates. Based on our series of experiments, we provide a best-practice procedure for using composition tasks in teks entry evaluations. This includes a judging protocol which can be performed either by the experimenters or by crowdsourced workers on a microtask market. We evaluated our composition task procedure using a teks entry method unfamiliar to participants. Our empirical results show that the composition task can serve as a valid complementary teks entry evaluation method.

DWIA PUNGKY ARUMDANI (G64120064) Undergraduate Student of Computer Science FMIPA IPB

Metode entri teks yang efektif sangatlah penting dalam penggunaannya. Karena terdapat faktor yang diperhatikan, seperti bentuk perangkat mobile, atau kemampuan motorik pengguna terbatas. Keyboard QWERTY mungkin tidak selalu menjadi perangkat input layak. Akibatnya, beragam metode entri teks telah dirancang dan dievaluasi menggunakan berbagai modalitas input, seperti single-switch, keypad, layar sentuh, eye-pelacak, accelerometers, dan joystick. Mirip dengan teknik antarmuka pengguna lain, metode entri teks perlu dievaluasi dalam efesiensi dan efektivitas pengunaannya. Dalam artikel ini ditunjukkan bagaimana task komposisi dapat digunakan untuk membantu mengevaluasi metode entri teks. Task komposisi dapat melengkapi task transkripsi tradisional yang digunakan dalam entri teks evaluasi sebelumnya. 
Task transkripsi pada entri teks evaluasi, prosedur yang ditetapkan ketika membandingkan dua metode entri teks yaitu melakukan kontrol percobaan. Biasanya melibatkan 6-20 peserta dalam dalam subjek eksperimen multisession di mana metode entri teks merupakan independen variabel dan tingkat kesalahan merupakan variabel dependen. Dalam percobaan evaluasi entri teks ini, peserta diperintahkan untuk menuliskan sebuah frase atau kalimat yang mengesankan dengan cepat dan seakurat mungkin. Para peneliti telah terus-menerus menyempurnakan task transkripsi. Secara khusus, pilihan frase set telah banyak dibahas dalam literatur. MacKenzie dan Soukoreff mengkritik praktek ini, menunjuk dua keterbatasan. Pertama, peneliti sering tidak menentukan frase yang tepat mereka digunakan. Ini berarti bahwa banyak penelitian entri teks tidak bisa secara akurat direproduksi. Kedua, frase stimulus harus diingat. Hal ini penting untuk menghindari peserta beralih perhatian visual mereka bolak-balik antara kalimat stimulus dan metode entri teks. Untuk membantu situasi ini, MacKenzie dan Soukoreff merilis frase yang tersedia untuk umum terdiri dari 500 frase. MacKenzie dan Soukoreff menggunakan idiom singkat dengan harapan membuat teks rangsangan mudah bagi peserta untuk mengingat. Sejak rilis frase set ini, peneliti juga telah mengembangkan alternatif frase set untuk aplikasi spesialis. 
Melengkapi task transkripsi, tinjauan sebelumnya menjelaskan bahwa task transkripsi telah tertanam kuat sebagai metodologi penelitian untuk entri teks percobaan. Keuntungan dari task transkripsi adalah bahwa hal itu memperkuat validitas internal percobaan dengan mengurangi varians antara peserta dari setidaknya tiga sumber. Pertama, memastikan semua peserta menulis teks yang sama. Hal ini menghilangkan varians yang mungkin terjadi karena untuk peserta menulis teks sangat beragam. Sebagai contoh, jumlah memperhatikan ejaan, tata bahasa, dan penggunaan kosakata sangat bervariasi antara menulis sebuah dokumen hukum terhadap menulis pesan singkat ke teman. Kedua, task transkripsi tidak memerlukan peserta untuk memikirkan sesuatu untuk menulis, suatu proses yang menuntut waktu proses kognitif tambahan. Jika terjadi waktu proses ini di tengah-tengah masuknya frase, itu akan meningkatkan varians tarif masuk diukur. Ketiga, selama sebagai stimulus yang singkat dan mudah diingat, peserta dapat menginternalisasi rangsangan sebelum mereka mulai menulis. Kelemahan dari menggunakan task transkripsi terutama validitas eksternal rendah. 
Menggunakan task komposisi pada percobaan entri teks, penulis percaya aspek lain dari entri teks dapat dijelaskan dengan melengkapi task transkripsi dan task komposisi. Namun, terdapat beberapa kekhawatiran :
1) Task komposisi mungkin terlalu lambat untuk memberikan perkiraan terpercaya tentang potensi teks kinerja metode entri.
(2) Overhead kognitif yang berhubungan dengan komposisi menciptakan dapat meningkatkan varians antara peserta dan, oleh karena itu, mengurangi validitas internal.
(3) Peserta mungkin merasa sulit untuk berpikir tentang hal-hal untuk menulis dan mungkin menghabiskan besar proporsi percobaan merencanakan apa untuk menulis bukan benar-benar menggunakan metode entri teks.
(4) Mungkin tidak ada cara yang baik untuk menentukan tingkat kesalahan komposisi karena tidak ada teks referensi.
(5) Peserta mungkin kurang kreativitas, sehingga komposisi yang pendek dan sederhana.
Dalam artikel ini, penulis berharap untuk meringankan masalah evaluasi entri teks dan menunjukkan bagaimana task komposisi dapat menjadi metode tambahan yang berguna dalam evaluasi entri teks. Tujuan penulis tidak untuk menggantikan task transkripsi tradisional tetapi untuk menyediakan peneliti dengan opsi tambahan yang dapat membantu evaluasi entri teks menjadi lebih baik.
Untuk menunjukkan bahwa task komposisi dapat diterapkan untuk evaluasi entri teks, penulis menggambarkan serangkaian percobaan. Dalam percobaan pertama, penulis membandingkan task transkripsi dengan empat task komposisi yang berbeda. Dalam percobaan kedua, penulis mengeksplorasi task komposisi dengan menyelidiki bagaimana fine tune prosedur memastikan peserta menulis teks berkualitas tinggi. Kedua percobaan ini menggunakan keyboard QWERTY berukuran penuh sebagai metode entri teks. Dalam percobaan ketiga, penulis mengevaluasi komposisi yang diusulkan dan membandingkannya dengan task transkripsi untuk metode entri teks asing bagi peserta: keyboard dioptimalkan pada layar. Dalam percobaan terakhir, peneliti menyelidiki menggunakan crowdsourcing untuk eisiensi penilaian komposisi. Akhirnya, penulis membahas keterbatasan, implikasi, masalah terbuka, memberikan prosedur praktek terbaik untuk menggunakan task komposisi dalam entri teks evaluasi, dan setelah itu menyimpulkan.
Kesimpulannya pada artikel ini, penulis telah mengusulkan metodologi baru untuk menambah evaluasi entri teks yaitu dengan menambahkan task komposisi. Sementara task transkripsi memiliki validitas internal yang lebih tinggi, task komposisi memiliki validitas eksternal yang lebih tinggi. Dengan demikian, task-task ini menempati titik yang berbeda dalam pertukaran antara validitas internal dan eksternal. Apakah kita ingin memahami bagaimana metode entri teks berperilaku ketika mereka digunakan dalam situasi dekat dengan praktek yang sebenarnya, yaitu, ketika pengguna menulis pesan mereka sendiri dan email? Ketika menjawab pertanyaan penelitian ini, kami telah menunjukkan bahwa komposisi task adalah metode yang sangat handal. Pertama, peserta menulis komposisi yang asli. Namun, pada saat yang sama, komposisi ini dapat cukup dibatasi sehingga gaya teks individu tidak berbeda jauh. Kedua, komposisi peserta dapat diandalkan dinilai baik oleh eksperimen dengan melakukan evaluasi. Langkah terakhir ini sangat penting karena tingkat kesalahan dapat dikontrol untuk memastikan dan membandingkan tarif masuk dua metode entri teks yang berbeda. Dengan demikian, mungkin menggunakan task komposisi untuk membandingkan dua metode entri teks terhadap satu sama lain.

Berikut kajian artikel yang telah saya komentari :

shellafuribirumardika.blogspot.com/2015/06/experiencing-coincidence-during-digital.html?showComment=1434946178994&m=1#c2369514659287089790

rachmatarramadhan.blogspot.com/2015/06/kajian-artikel-ilmiah-imk-optimistic.html?showComment=1434947332444&m=1#c2327381704670359166

defrianiputri.blogspot.com/2015/06/exploring-sustainable-practices-in.html?showComment=1434947827464&m=1#c8606637808786854468

~PUNGKYAYA

Sunday, 7 June 2015

Heuristic Evaluation - Final Examination IMK

Seorang web designer harus memiliki sebuah panduan atau acuan ketika ingin membuat design sebuah web. Banyak acuan yang dapat digunakan, salah satunya adalah dengan melakukan Heuristic Evaluation, seorang Jakob Nielsen  dalam beberapa bukunya menjelaskan banyak hal yang harus diperhatikan. Dalam salah satu bukunya yang berjudul  Designing Web Usability : The Practice of Simplicity, Setelah menentukan design yang akan dibuat, web designer  harus memeriksa kembali apakah ada kesalahan pada design tersebut. Heuristic Evaluation menurut Nielsen (1995) adalah metode yang dilakukan untuk menemukan kesalahan pada sebuah design antarmuka. Tujuan dari Heuristic Evaluation adalah untuk memperbaiki perancangan secara efektif. Orang yang melakukan evaluasi melalui kinerja dari serangkaian tugas dengan perancangan dan penilaiannya sesuai dengan kriteria setiap tingkatan. Jika ada kesalahan terdeteksi maka perancangan dapat ditinjau ulang untuk memperbaiki masalah ini sebelum pada tingkatan implementasi. Heuristic Evaluation ini terdapat 10 prinsip umum yang dapat digunakan pada sebuah design interface, berikut adalah 10 prinsip umum tersebut :
  1. Visibility of system status; tugas sistem dalam prinsip ini adalah selalumemberitahukan user apa yang sedang terjadi, dan sedang berada dimana user saat itu.
  2. Match between system and the real world; Sitem yang kita buat harus selalu menggambarkan hal yang mirip dengan dunia nyata, menggunakan bahasa yang dimengerti oleh user. Jangan sekali-kali menggunakan bahasa yang rumit yang hanya dimengerti oleh admin.
  3. User control and freedomuser harus diberikan keleluasaan untuk melakukan apa saja saat berada dalam sebuah website, maka sebaiknya sebuah website tidak memberikan batasan yang berlebihan misal: dalam penggunaan karakter pada sebuah username dan juga harus selalu tersedia emergency exit  ataupun tombol back ketika user melakukan sebuah kesalahan.
  4. Consistency and standard; Kekonsistenan menjadi jaminan user nyaman atau tidak ketika berada dalam website. apa yang user lihat menjadi hal yang sangat penting. Sebaiknya user jangan dibuat heran dengan perkataan, situasi, ataupun tindakan yang berbeda-beda, padahal memiliki arti yang sama saja.
  5. Error preventionDesign yang dibuat harus jelas untuk mencegah user melakukan kesalahan, user selalu dituntun untuk melakukan sesuatu hal dengan jelas sebelum melakukan hal yang lainnya.
  6. Recognition rather than recall; minimalkan ingatan user dengan membuat obyek, tindakan, dan pilihan yang mudah terlihat. Jangan membuat user mengingat-ingat apa yang harus dilakukan setelahnya.
  7. Flexibility and efficiency of use; permudah dan percepat user untuk melakukan setiap tugasnya. misal dalam website jual beli barang-barang yang dijual berurutan secara alfabetis dan lain sebagainya.
  8. Aesthetic and minimalist design; dialog jangan berisi informasi yang tidak relevan atau yang jarang tidak dibutuhkan, design  terlalu rumit akan membuat user sedikit sakit kepala.
  9. Help users recognize, diagnose, and recover from errors; pesan kesalahan harus disampaikan dengan bahasa yang sederhana (tanpa kode), tepat menunjukkan masalah, dan benar-benar memberikan solusiyang tepat apa yang harus user lakukan selanjutnya.
  10. Help and documentation; ketika user kebingungan kadang user tidak tahu harus melakukan apa. Jadi sebaiknya sistem  menyediakan bantuan dan dokumentasi hal ini akan sangat  membantu user dalam menggunakan sistem.
Terdapat beberapa severity rating yang digunakan untuk menilai tingkat kebaikan suatu antarmuka berdasarkan Heuristic Evaluation, antara lain :
0  =  I don’t agree that this is a usability problem at all
1  =  Cosmetic problem only: need not be fixed unless extra time is available on project
2  =  Minor usability problem: fixing this should be given low priority
3  =  Major usability problem: important to fix, so should be given high priority4  =  Usability catastrophe: imperative to fix this before product can be released


Berdasarkan 10 prinsip yang ada, saya akan mengambil 5 prinsip untuk melakukan Heuristic Evaluation terhadap website http://www.eciputra.com/Selamat membaca dan semoga bermanfaat :)


1. http://pungkyaya.blogspot.com/2015/06/error-prevention-eciputracom.html

2. http://pungkyaya.blogspot.com/2015/06/help-and-documentation-eciputracom.html
3. http://pungkyaya.blogspot.com/2015/06/help-users-recognize-diagnose-and.html
4. http://pungkyaya.blogspot.com/2015/06/flexibility-and-eficiency-of-use.html
5. http://pungkyaya.blogspot.com/2015/06/visibility-of-system-status-eciputracom_6

Berikut artikel yang sudah saya komentari :

Error Prevention – eciputra.com

Sebagai seorang pengguna website  saya sangat sering melakukan kesalahan, tugas dari website atau sistem yang saya gunakan adalah mengingatkan saya ketika saya akan melakukan sesuatu untuk menghindari saya melakukan kesalahan. Error Prevention dalam Heuristic Evaluation menurut Jakob Nieles (1995) dapat berupa peringatan yang muncul ketika kita melakukan kesalahan, dan sistem akan memberikan peringatan tersebut secara mencolok agara kita menyadarinya. ini salah satu contoh screen shootnya :

Apakah sistem sebisa mungkin mencegah pengguna membuat kesalahan?

Gambar 12 halaman menu Registrasi

Saat menuliskan username peringatan berupa tulisan berwarna merah itu keluar yang menandakan username tersebut telah digunakan oleh orang lain. begitu pula peringatan mengenai password dan email akan muncul jika tidak sesuai dengan format sistem.
Kejanggalan pada halaman ini, ketika nomor telepon saya masukan dapat memasukan data baru dengan nomor telepon yang sembarang menggunakan angka tanpa batasan karakter tanpa peringkatan error oleh sistem.
Apakah sistem memperingati pengguna ketika akan melakukan kesalahan yang serius?
Gambar 12 halaman menu Registrasi
Gambar 13 halaman menu Registrasi
Pada gambar 12 dan 13, sistem tidak memperingati user saat akan melakukan kesalahan yang serius. Hal ini dapat dilihat dari saat saya memasukkan No. Tlp yang tidak sesuai. Ternyata sistem menganggap pendaftaran saya valid dengan nomor telepon seperti itu, artinya error prevention pada website ini tidak digunakan sebagai sebuah acuan yang baik dalam pembuatan website.
Rekomendasi:
Respon yang mucul dari sistem ketika terjadi error sudah cukup baik namun dalam penggunakan kalimat peringatan perlu diperhatikan dalam penggunaan tanda baca.
Seharusnya penulisan nomer telepon itu dibatasi oleh kamus data number dan hanya 12 atau 13 digit dan menggunakan default provider atau kode wilayah yang sesuai. Sehingga sistem mudah menangkap data-data yang tidak sesuai dengan keperluan sistem. 
Berdasarkan severity of usage problem menurut Jakob Nielsen, kesalahan ini diklasifikasikan pada skala 2, dimana kesalahan yang terjadi merupakan masalah usability minor dan memiliki prioritas yang rendah untuk diperbaiki.

Help and Documentation – eciputra.com

Apakah ada panduan yang dapat dilihat secara online?


Bantuan merupakan hal yang sangat ditunggu-tunggu oleh user ketika sedang kebingungan harus melakukan apa dengan sebuah website. Sepintar apapun userpasti ada kalanya dia membutuhkan bantuan. Dokumentasi disini berarti sistem menyediakan beberapa halaman yang isinya berupa panduan atau pun petunjuk user harus melakukan apa. Semua masalah diatas menurut Jakob Nielsen (1995) termasuk kedalam aturan Help and Documentation. Berikut ini adalah salah satu contoh screenshoot petunjuk yang harus dilakukan user ketika ingin membeli sebuah  barang :

Gambar 8 halaman menu Jual-Beli

Ketika saya ingin membeli suatu barang saya pun memilih barang tersebut, saya kira bisa memesan langsung secara online. Tapi ternyata dengan memasuki website ini user belum bisa membeli apapun. User tetap harus menguhubungi nomer yang tertera untuk memesan dan hal tersebut sangat merepotkan.

Gambar 9 halaman menu Jual-Beli

Fungsi login yang tersedia pun hanya dapat digunakan untuk mengirimkan pesan saja tidak dapat dilakukan langsung pemesanannya, pada fungsi diatas user diberikan kesempatan hanya untuk bertanya-tanya mengenai detail spesifikasi lebih jauh mengenai produk yang dijual.

Apakah pengguna dapat melanjutkan pekerjaannya setelah mengakses bantuan?

Gambar 10 halaman menu Contact

Gambar 11 halaman menu Contact

Setelah melakukan bantuan dengan masuk ke halaman Contact, User tidak dapat melanjutkan pekerjaannya karena dalam melakukan bantuan dilakukan dengan cara mengirimkan pesan. Sehingga perlu menunggu untuk mendapatkan jawaban dari pesan yang sudah dikirimkan.

Rekomendasi:
Sebuah website jual beli seharusnya sudah bisa melayani konsumen melalui media apapun, jadi setiap konsumen dapat melakukan pemesanan melalui media apapun tanpa harus di batasi dengan sms atau pin bbm, buatlah segera media untuk konsumen memesan secara online agar konsumen dapat merasa puas.
Jika sebuah fungsi itu tidak berguna untuk apa diadakan fungsi tersebut, sebaiknya tidak usah mengadakan login karena untuk login saja sangat sulit, jika mengadakan login untuk menghindari spam tapi verifikasi akun saja harus dilakukan beberapa hari dan itu sangat membuat user menjadi jenuh.
Sebaiknya dalam memberikan bantuan, berikanlah fitur yang dapat diakses secara langsung oleh user sehingga user tidak perlu menunggu jawaban terlalu lama dari fitur bantuan dan langsung dapat melanjutkan pekerjaannya.
Dalam hal ini skala rating untuk severity of usage problem yang diberikan adalah skala 3, dimana kesalahan yang terjadi merupakan masalah usability mayor dan memiliki prioritas yang tinggi untuk diperbaiki. Kesalahan yang terjadi menyulitkan user dan butuh segera diperbaiki.

Help Users Recognize, Diagnose, and Recover from Errors – eciputra.com

Apakah teks pada petunjuk jelas dan tidak menimbulkan ambigu?

Tidak selamanya kita tahu apa yang akan selanjutnya kita lakukan dalam sebuah website, kadang kita lupa atau bahkan tersesat. Help Users Recognize, Diagnose, and Recover from Errors adalah salah satu syarat yang harus dimiliki sebuah website yang mengingatkan user ketika melakukan kesalahan, mencegah user melakukan kesalahan dengan memberikan pesan-pesan peringatan dan memberikan pertolongan ketika user sedang tersesat (Jakob Nielsen 1995). Berikut ini beberapa hasil screen shoot halaman yang menunjukan peringatan pesan error dari website eciputra.com :

Gambar 5 halaman menu Registrasi

Pada gambar 5, terdapat perintah oleh sistem terhadap user untuk melakukan aktivasi akun sebelum melakukan login pada sistem dengan cara konfirmasi email yang terdapat pada inbox atau spambox. Namun, tidak semua user menggunakan bahasa Indonesia pada email-nya, sehingga kata-kata spambox mungkin akan sedikit membingungkan user dalam prosesnya.

Apakah pesan kesalahan menginformasikan aksi apa yang harus dilakukan pengguna untuk memperbaiki kesalahan tersebut?

Gambar 6 halaman menu Recovery Password


Gambar 7 halaman menu Register

Pada gambar 6, user dihadapkan dengan peringatan kesalahan yang terjadi akibat sistem, terdapat link yang dapat membantu user untuk meperbaiki kesalahan yang terjadi. Sedangkan pada gambar 7 terdapat penggunaan tanda baca yang kurang baik pada peringatan kesalahan yang diinformasikan oleh sistem.

Rekomendasi : sebaiknya pada halaman registrasi menggunakan kata-kata yang lazim digunakan sehingga tidak memunculkan kerancuan atau keambiguan dalam pemahamannyaSebaiknya juga bahasa yang digunakan dapat diperbaiki, khususnya pada penggunaan tanda baca (!) terlihat seperti kalimat perintah yang memaksa dengan penggunaan tanda baca seru (!) seperti itu user akan merasa terintrogasi dan tidak nyaman.

Berdasarkan severity of usage problem menurut Jakob Nielsen, kesalahan ini diklasifikasikan pada skala 1, dimana kesalahan yang terjadi merupakan masalah cosmic dan memiliki prioritas yang sangat rendah untuk diperbaiki, tidak perlu diperbaiki kecuali waktu tambahan tersedia pada proyek.

Saturday, 6 June 2015

Flexibility and Eficiency of Use – eciputra.com

Sebuah website yang baik akan mempermudah dan mempercepat user dalam melakukan sebuah  task. Masalah user bisa atau tidak mengunakan website tersebut menjadi pertimbangan apakah design yang dibuat sudah flexible dan efektif untuk digunakan. Dalam hal ini web designer seharusnya memikirkan design seperti apa yang bisa digunakan oleh semua kalangan entah itu pemula ataupun newbie, Flexibility and Eficiency of Use dalam Heuristic Evaluation oleh Jakob Nielsen (1995) menjelaskan masalah-masalah dimana design sebuah website itu sendiri menjadi sangat membantu untuk mempermudah user malakukan task. Berikut contoh screenshoot beberapa halaman eciputra.com :

 Gambar 3 halaman menu Artikel

Pada halaman ini menunjukan efficiency yang cukup baik, saat user ingin mencari sebuah artikel, artikel tersebut diurutkan berdasarkan postingan terbaru atau terupdate berdasarkan waktu post artikeljadi user tidak perlu melihat postingan yang sudah lama. ini cukup mempermudah user dalam menganalisa apakah artikel tersebut masih valid informasinya.

Apakah sistem sudah sesuai untuk screen reading?

Gambar 4 halaman menu Jual-Beli

Pada halaman tersebut terlihat barang yang diperjual belikan tidak berurutan berdasaran alfabetis, hal ini akan mempersulit user ketika ingin mencari sebuah barang yang ingin dicarinya. Pada hakikatnya dalam sebuah konteks reading, kategorisasi sesuai huruf alfabetis sangat memudahkan user dalam mencari suatu kata karena proses sequensial pada otak manusia yang membuat pola itu menjadi lebih mudah.

Rekomendasi:
Pada halaman artikel sudah cukup baik sudah terkategorisasi bedasarkan postingan terbaru, namun pada penamaan judul artikel sebaiknya menggunakan kata-ata yang lebih informatif lagi sehingga dapat menarik perhatian user untuk membacanya.
Pada halaman jual-beli seharusnya admin melakukan pengkatagorian terhadap barang-barang sejenis dan kemudian menyusunnya berdasarkan alfabetis. itu lebih baik dan tidak akan membuat user kebingungan ketika ingin membeli suatu barang dengan cepat.
Berdasarkan severity of usage problem menurut Jakob Nielsen, kesalahan ini diklasifikasikan pada skala 2, dimana kesalahan yang terjadi merupakan masalah usability minor dan memiliki prioritas yang rendah untuk diperbaiki.

Visibility of System Status – eciputra.com

Apakah setiap halaman memiliki judul yang menjelaskan isi dari halaman tersebut?

Biasanya ketika berada dalam sebuah website terkadang user bingung sedang berada dimana dan sedang melakukan apa. Masalah tersebut menurut Jacob Nielsen (1995) dalam Heuristic Evaluation termasuk kedalam Visibility of Sistem Status. Sebuah website harus selalu memberitahukan user sedang melakukan apa dan sedang berada dimana, berikut tampilan eciputra.com ketika saya memilih menu Artikel :

Gambar 1 halaman menu Artikel

Pada halaman website eciputra.com ini, bagian 1 yang terlihat pada header tidak menunjukan user sedang berada dimana, padahal menu yang saya pilih adalah artikel. Namun sistem status yang menunjukan saya ada pada menu artikel adalah hanya bagian 2 dan 3. 

Apakah terminologi penamaan menu dan halaman sudah sesuai dengan konten?

Pada halaman ini sebenarnya penamaan menu halaman sudah cukup sesuai dengan isi konten, namun saya cukup kebingungan mencari artikel dalam menu ini karena dalam prosesnya artikel tidak dimasukkan kedalam kategori sesuai dengan isi artikelnya. Sehingga penggunaan scrolling menjadi cukup melelahkan untuk menemukan artikel dimana terdapat 612 artikel pada web tersebut.

Gambar 2 halaman menu Artikel


Rekomendasi:
Sebaiknya membedakan sebuah menu yang sedang aktif dan tidak cukup ditunjukan dengan perbedaan warna atau memberikan highlight pada bagian header karena terkadang pandangan user hanya terfokus pada bagian header.
Sebisa mungkin hindari membuat user melakukan scrolling mungkin dengan cara menghilangkan gambar iklan yang super besar yang menyita satu halaman tersebut. Menurut saya scrolling merupakan hal yang tidak ingin dilakukan user ketika mengunjungi sebuah website.
Berdasarkan severity of usage problem menurut Jakob Nielsen, kesalahan ini diklasifikasikan pada skala 2, dimana kesalahan yang terjadi merupakan masalah usability minor dan memiliki prioritas yang rendah untuk diperbaiki. User masih dapat mengetahui keberadaannya walaupun tidak terlihat pada header dan user masih dapat menemukan artikel walaupun harus melakukan scrolling yang cukup lama.


Saturday, 9 May 2015

Visualisasi Informasi

Visualisasi adalah rekayasa dalam pembuatan gambar, diagram atau animasi untuk penampilan suatu informasi. Secara umum, visualisasi dalam bentuk grafik atau infogram merupakan teknik sederhana dalam menampilkan informasi sehingga lebih terlihat menarik dan mudah dimengerti. Dengan menerapkan teknik ini, seseorang dapat dengan mudah memahami suatu informasi tersebut, bahkan dapat pula dianalisis sesuai sudut pandang masing-masing.

Saat ini visualisasi telah berkembang dan banyak dipakai untuk keperluan ilmu pengetahuan, rekayasa, visualisasi disain produk, pendidikan, multimedia interaktif, kedokteran, dll. Pemakaian dari grafika komputer merupakan perkembangan penting dalam dunia visualisasi, setelah ditemukannya teknik garis perspektif pada zaman Renaissance. Perkembangan bidang animasi juga telah membantu banyak dalam bidang visualisasi yang lebih kompleks dan canggih.

Pada kesempatan kali ini saya sudah membuat visualisasi informasi mengenai jumlah koperasi aktif dan sisa hasil usaha koperasi pada tahun 2010-2013 dengan menggunakan tools online piktochart.com. Adapun data yang digunakan diambil dari buku Statistika Indonesia 2014 yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik. Berikut visualisasi informasi yang saya buat dapat dilihat pada halaman :

 Visualisasi Informasi Koperasi Indonesia Tahun 2010-2013

Semoga bermanfaat :)